 |
| Ketua Umum Senkom Mitra Polri, KP Dr. H. Katno Hadi Mangkunagoro, S.E., M.M., M.H. (kanan) saat menghadiri acara kebangsaan sebelumnya. (Dok. Senkom Sidoarjo) |
Surakarta — Kabar duka datang dari Keraton Kasunanan Hadiningrat Surakarta. Sri Susuhunan Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono XIII atau Sinuhun Hangabehi, berpulang ke hadirat Allah SWT pada Minggu (2/11/2025) pagi sekitar pukul 07.00 WIB setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru.Duka mendalam turut dirasakan keluarga besar Senkom Mitra Polri. Dari Tanah Suci, Kanjeng Pangeran (KP) Dr. H. Katno Hadi Mangkunagoro, S.E., M.M., M.H., yang tengah menunaikan ibadah umrah, menyampaikan belasungkawa melalui pesan selulernya.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Atas nama pribadi, keluarga, dan seluruh jajaran Senkom Mitra Polri, saya menyampaikan duka cita yang sangat mendalam atas wafatnya beliau, Sri Susuhunan Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono XIII atau Sinuhun Hangabehi,” tulis H. Katno Hadi dalam pesan resmi yang diterima redaksi.Kabar wafatnya PB XIII dikonfirmasi langsung oleh Raden Ayu (RAy) Febri Hapsari Dipokusumo, istri dari KGPH Adipati Dipokusumo, melalui pesan singkat kepada keluarga besar keraton dan para kerabat.
Di masa kepemimpinannya, PB XIII dikenal memiliki perhatian besar terhadap revitalisasi fisik maupun spiritual keraton, serta menjadi simbol penjaga kelestarian budaya Jawa. Beliau meninggalkan warisan semangat perdamaian, pelestarian budaya adiluhung, dan penghormatan terhadap adat Jawa yang menjadi panutan banyak pihak.
“Almarhum adalah sosok pemimpin yang bijak, sabar, dan mencintai perdamaian. Beliau memberikan teladan besar bagi generasi penerus bangsa untuk menjaga nilai-nilai luhur budaya Jawa,” tambah H. Katno Hadi menutup pernyataannya.SISKS Paku Buwono XIII Hangabehi merupakan penerus tahta Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Selama masa kepemimpinannya, beliau aktif memperkuat hubungan antara keraton dengan masyarakat, serta menjembatani nilai tradisional dan modernitas tanpa meninggalkan akar budaya Jawa.
